Peranan filsafat pendidikan ditinjau dari tiga lapangan
filsafat, yaitu:
1. Metafisika
Metafisika merupakan bagian filsafat yang mempelajari masalah
hakekat: hakekat dunia, hakekat manusia, termasuk di dalamnya hakekat anak.
Metafisika secara praktis akan menjadi persoalan utama dalam pendidikan. Karena
anak bergaul dengan dunia sekitarnya, maka ia memiliki dorongan yang kuat untuk
memahami tentang segala sesuatu yang ada. Memahami filsafat ini diperlukan
secara implisit untuk mengetahui tujuan pendidikan. Seorang guru seharusnya
tidak hanya tahu tentang hakekat dunia dimana ia tinggal, tetapi harus tahu
hakekat manusia, khususnya hakekat anak. Hakekat manusia: Manusia adalah makhluk
jasmani rohani Manusia adalah makhluk individual social Manusia adalah makhluk
yang bebas Manusia adalah makhluk menyejarah
2. Epistemologi
Kumpulan pertanyaan
berikut yang berhubungan dengan para guru adalah epistemologi. Pengetahuan apa
yang benar? Bagaimana mengetahui itu berlangsung? Bagaimana kita mengetahui
bahwa kita mengetahui? Bagaimana kita memutuskan antara dua pandangan
pengetahuan yang berlawanan? Apakah kebenaran itu konstan, ataukah kebenaran
itu berubah dari situasi satu kesituasi lainnya? Dan akhirnya pengetahuan
apakah yang paling berharga?
Bagaimana menjawab pertanyaan epistemologis tersebut, itu akan
memiliki implikasi signifikan untuk pendekatan kurikulum dan pengajaran.
Pertama guru harus menentukan apa yang benar mengenai muatan yang diajarkan,
kemudian guru harus menentukan alat yang paling tepat untuk membawa muatan ini
bagi siswa. Meskipun ada banyak cara mengetahui, setidaknya ada lima cara
mengetahui sesuai dengan minat / kepentingan masing-masing guru, yaitu mengetahui
berdasarkan otoritas, wahyu tuhan, empirisme, nalar, dan intuisi. Guru tidak
hanya mengetahui bagaimana siswa memperoleh pengetahuan, melainkan juga
bagaimana siswa belajar.
Dengan demikian epistemologi memberikan sumbangan bagi teori
pendidikan dalam menentukan kurikulum. Pengetahuan apa yang harus diberikan
kepada anak dan bagaimana cara untuk memperoleh pengetahuan tersebut, begitu
juga bagaimana cara menyampaikan pengetahuan tersebut
3. Aksiologi
Cabang filsafat yang membahas nilai baik dan nilai buruk, indah
dan tidak indah, erat kaitannya dengan pendidikan, karena dunia nilai akan
selalu dipertimbangkan atau akan menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan
tujuan pendidikan. Langsung atau tidak langsung, nilai akan menentukan
perbuatan pendidikan. Nilai merupakan hubungan social.
Pertanyaan-pertanyaan aksiologis yang harus dijawab guru adalah:
Nilai-nilai apa yang dikenalkan guru kepada siswa untuk diadopsi? Nilai-nilai
apa yang mengangkat manusia pada ekspresi kemanusiaan yang tertinggi?
Nilai-nilai apa yang bener-benar dipegang orang yang benar-benar terdidik? Pada
intinya aksiologi menyoroti fakta bahwa guru memiliki suatu minat tidak hanya
pada kuantitas pengetahuan yang diperoleh siswa melainkan juga dalam kualitas
kehidupan yang dimungkinkan karena pengetahuan. Pengetahuan yang luas tidak
dapat memberi keuntungan pada individu jika ia tidak mampu menggunakan
pengetahuan untuk kebaikan
Filsafat pendidikan terdiri dari apa yang diyakini seorang guru
mengenai pendidikan, atau merupakan kumpulan prinsip yang membimbing tindakan
profesional guru. Setiap guru baik mengetahui atau tidak memiliki suatu
filsafat pendidikan, yaitu seperangkat keyakinan mengenai bagaimana manusia
belajar dan tumbuh serta apa yang harus manusia pelajari agar dapat tinggal
dalam kehidupan yangbaik. Filsafat pendidikan secara fital juga berhubungan
dengan pengembangan semua aspek pengajaran. Dengan menempatkan filsafat
pendidikan pada tataran praktis, para guru dapat menemukan berbagai pemecahan
masalah pendidikan .
Terdapat hubungan yang kuat antara perilaku guru dengan
keyakinannya:
1. Keyakinan mengenai pengajaran dan pembelajaran.
Komponen penting filsafat pendidikan seorang guru adalah bagaimana memandang
pengajaran dan pembelajaran, dengan kata lain, apa peran pokok guru? Sebagian
guru memandang pengajaran sebagai sains, suatu aktifitas kompleks. Sebagian
lain memandang sebagai suatu seni, pertemuan yang sepontan, tidak berulang dan
kreatif antara guru dan siswa. Yang lainnya lagi memandang sebagai aktifitas
sains dan seni. Berkenaan dengan pembelajaran, sebagian guru menekankan
pengalaman-pengalaman dan kognisi siswa, yang lainnya menekankan perilakusiswa,
2. Keyakinan mengenai siswa. Akan berpengaruh besar
pada bagaimana guru mengajar? Seperti apa siswa yang guru yakini, itu didasari
pada pengalaman kehidupan unik guru. Pandangan negatif terhadap siswa
menampilkan hubungan guru-siswa pada ketakutan dan penggunaan kekerasan tidak
didasarkan kepercayaan dankemanfaatan.Guru yang memiliki pemikiran
filsafat pendidikan mengetahui bahwa anak-anak berbeda dalam kecenderungan
untuk belajar dan tumbuh,
3. Keyakinan mengenai pengetahuan Berkaitan dengan
bagaimana guru melaksanakan pengajaran. Dengan filsafat pendidikan, guru akan
dapat memandang pengetahuan secara menyeluruh, tidak merupakan
potongan-potongan kecil subyek atau fakta yang terpisah,
4. Keyakinan mengenai apa yang perlu diketahui Guru
menginginkan para siswanya belajar sebagai hasil dari usaha mereka, sekalipun
masing-masing guru berbeda dalam meyakini apa yang harus diajarkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar