A. Pengertian Aliran
Esensialisme
Esensialisme
berasal dari kata latin essential yang berarti “hal yang
pokok/hakiki”. Aliran esensialisme menekankan pentingnya penyampaian hal-hal
yang esensial (hakiki) dalam pendidikan. Aliran ini merupakan reaksi terhadap
progresivisme yang terlalu menekankan metode belajar melalui pemecahan masalah
dan aktivitas sendiri para siswa untuk mengikuti minat dan kebutuhan mereka.
Dalam
hubungannya dengan pendidikan, esensialisme menekankan pada tujuan
pewarisan nilai-nilai kultural-historis kepada peserta didik melalui pendidikan
yang akumulatif, bertahan lama serta bernilai untuk diketahui oleh semua orang.
Pengetahun ini dilaksanakan dengan memberikan ketrampilan, sikap, dan nilai
yang merupakan bagian esensial dari unsur-unsur pendidikan.
Guru
dalam proses pendidikan dipandang sebagai center for excellence,
karena dituntut untuk menguasai bidang studi dan sebagai model atau figur yang
diteladani oleh peserta didik. Guru harus menguasai materi pengetahuannya,
sebab mereka dianggap memegang posisi tertinggi dalam pendidikan. Melalui
sekolah, guru berperan untuk mentransmisikan ilmu pengetahuan, keterampilan,
sikap, dan nilai-nilai yang diperlukan oleh peserta didik dalam masyarakat.
Tokoh-tokoh
dari aliran esensialisme antara lain:
1. Desiderius Erasmus, hidup pada akhir abad
15 dan permulaan abad 16. Ia merupakan tokoh pertama yang menolak
pandangan hidup yang berpijak pada dunia lain. Erasmus berusaha
agar kurikulum sekolah bersifat humanistis dan internasional, sehingga bisa
mencakup lapisan menengah dan kaum aristokrat.
2. Johan Amos Comenius, ia adalah seorang yamg
memiliki pandangan realis dan dogmatis. Comenius berpendapat
bahwa pendidikan mempunyai peranan membentuk anak sesuai dengan kehendak Tuhan.
Karena pada hakikatnya dunia adalah dinamis dan bertujuan.
3. John Locke, ia berpendapat bahwa
pendidikan hendaknya selalu dekat dengan situasi dan kondisi.
4. Johan Henrich Pestalozzi, ia mempunyai kepercayaan
bahwa sifat-sifat alam itu tercermin pada manusia, sehingga pada diri manusia
terdapat kemampuan-kemampuan wajarnya, selain itu manusia juga mempunyai
hubungan transcendental langsung dengan Tuhan.
5. Johan Friederich Frobel, ia memandang bahwa anak
sebagai makhluk yang berekspresi kreatif, karenanya tugas pendidikan adalah
memimpin anak kearah kesadaran diri yang murni selaras dengan fitrah
kejadiannya.
6. Johan Friederich Herbert, ia berpendapat bahwa tujuan
pendidikan adalah menyesuaikan jiwa seseorang dengan kebajikan.
7. William T Harris, ia berpendapat bahwa tugas
pendidikan ialah mengizinkan terbukanya realita berdasarkan susunan yang pasti
yang berdasarkan kesatuan spiritual. Kedudukan sekolah adalah sebagai lembaga
yang memelihara nilai-nilai yang telah turun temurun dan menjadi panutan penyesuaian
diri kepada masyarakat.
B.
Aliran Esensialisme dalam Pendidikan
Terdapat
beberapa prinsip asasiah yang menjadi asumsi dalam aliran esensialisme, yaitu:
1. Kegiatan belajar pada
dasarnya menuntuk kerja keras dan latihan yang kadang membosankan. Kalau
progresivisme sangat menekankan kebebasan peserta didik dalam melaksanakan
kegiatan belajarnya, namun esensialisme sangat menekankan perlunya kedisiplinan
dalam belajar. Peserta didik diajak untuk mengejar cita-citanya, suatu “mimpi”
yang hanya menjadi minat dan kebutuhannya sesaat.
Di
antara berbagai spesies makhluk hidup, hanya manusia saja yang dapat menguasai
keinginan-keinginan spontannya. Kalau hal ini tidak pernah dilatih dan
dibiasakan pada diri anak didik, maka pendidik tidak membantu mereka untuk
mempergunakan secara maksimal “sesuatu” yang “mungkin” menjadi bakat dan
potensinya. Kalau seorang pendidik hanya menuruti egoisitasnya, akan
berimplikasi pada “terbunuh”nya pertumbuhan serta penyemaian sikap disiplin
diri peserta didik.
2. Inisiatif pokok dalam
pendidikan tidak terletak pada murid tetapi pada guru. Peserta didik sebagai
orang yang belum dewasa memerlukan bimbingan dan kontrol orang yang lebih
dewasa untuk mencapai pemenuhan dirinya sebagai manusia. Peranan guru sebagai
pendidik adalah menjadi penghubung antara dunia anak dengan dunia orang dewasa
karena anak tidak mungkin memahami dunia orang dewasa.
Menurut
para esensialis, guru harus bertanggung jawab terhadap perkembangan anak
didiknya. Ia harus secara intelektual dan emosional memiliki kualifikasi untuk
menjadi pemimpin mereka yang sesungguhnya. Mengutip ucapan Brickman:
“Esensialisme menempatkan guru pada pusat dunia pendidikan. Oleh karena itu,
guru harus memiliki pengetahuan akademik, pengetahuan tentang psikologi anak
dan memantau perkembangan peserta didik dalam proses belajarnya; memiliki
kemampuan untuk menyampaikan fakta dan cita-cita kepada generasi muda, suatu
penghargaan terhadap dasar-dasar historis dan filosofis pendidikan; dan
pengabdian yang sungguh-sungguh pada pekerjaannya.
3. Inti proses pendidikan
adalah dikuasainya bahan yang sebelumnya sudah ditetapkan. Menurut kaum
esensialis, inti dari proses pendidikan adalah penguasaan bahan pelajaran yang
sebelumnya sudah ditetapkan oleh guru. Pandangan ini sesuai dengan pandangan
kaum realis bahwa lingkungan fisik dan sosial faktor yang menentukan bagaimana
ia harus hidup.
4.
Kaum
esensialis menyetujui pandangan kaum progresifis bahwa pendidikan harus mampu
menciptakan peserta didik memiliki kemampuan untuk mewujudkan bakat-bakat dan
kemampuannya. Namun, kaum esensialis menyatakan bahwa perwujudan itu mesti
terlaksana dalam dunia yang tidak tergantung pada individu dan sebaliknya dunia
yang mempunyai peraturan di mana individu tersebut harus tunduk.
Dalam
hal ini, tujuan dari pendidikan adalah untuk membantu peserta didik untuk
mengenali dunia tersebut seperti adanya dan tidak hanya menafsirkan sesuai
dengan minat dan kepentingan mereka. Bahan pelajaran mesti disampaikan kepada
mereka sesuai dengan urutan dan tatanan logisnya.
4. Sekolah mesti
mempertahankan metode tradisional yang menekankan disiplin mental. Kaum
esensialis tidak menyangkal adanya hubungan dari metode pemecahan masalah
sebagai metode belajar. Akan tetapi metode ini tidak boleh menjadi cara
satu-satunya dalam seluruh proses belajar mengajar. Banyak pengetahuan bersifat
abstrak dan tidak dapat diurai secara memuaskan ke permasalahan-permasalahan
yang dianggap praktis. Walaupun belajar sambil melakukan (learning by doing)
mungkin cocok dalam situasi tertentu dan untuk anak didik tertentu, akan tetapi
konsep seperti itu tidak berlaku secara universal dan general.
C. Aliran Esensialisme
dipandang dari Ontologi
Sifat
yang menonjol dari ontologi esensialisme adalah suatu konsep bahwa dunia ini
dikuasai oleh tata yang tiada cela, yang mengatur isinya dengan tiada cela
pula. Dengan kata lain, bagaimana bentuk, sifat, kehendak dan cita-cita manusia
haruslah disesuaikan dengan tata alam yang ada.
Tujuan
umum aliran esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia di dunia dan akhirat.
Isi pendidikannya mencakup ilmu pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu
menggerakkan kehendak manusia. Kurikulum sekolah bagi esensialisme merupakan
semacam miniatur dunia yang bisa dijadikan sebagai ukuran kenyataan, kebenaran
dan kegunaan. Kurikulum esensialisme menerapkan berbagai pola kurikulum,
seperti pola idealisme, realisme dan sebagainya. Sehingga peranan sekolah dalam
menyelenggarakan pendidikan bisa berfungsi sesuai dengan prinsip-prinsip dan
kenyataan sosial yang ada di masyarakat.
Realisme
yang mendukung esensialisme disebut realisme objektif. Realisme objektif
mempunyai pandangan yang sistematis mengenai alam dan tempat manusia di
dalamnya. Ilmu pengetahuan yang mempengaruhi aliran realisme dapat dilihat dari
fisika dan ilmu-ilmu lain yang sejenis dapat dipelajari bahwa tiap aspek dari
alam fisika dapat dipahami berdasarkan tata yang khusus. Dengan demikian, suatu
kejadian yang paling sederhana pun dapat ditafsirkanmenurut hukum alam, salah
satunya adalah daya tarik bumi. Sedangkan oleh ilmu-ilmu lain dikembangkanlah
teori mekanisme, dan dunia itu ada dan terbangun atas dasar sebab akibat,
tarikan dan tekanan mesin yang sangat besar.
Idealisme
objektif mempunyai pandangan kosmis yang lebih optimis ketimbang realisme objektif.
Pandangan-pandangannya bersifat menyeluruh, meliputi segala sesuatu. Dengan
landasan pikiran bahwa totalitas dalam alam semesta ini pada hakikatnya adalah
jiwa atau spirit, maka idealisme objektif menetapkan suatu pendirian bahwa
segala sesuatu yang ada ini adalah nyata.
Ciri
lain mengenai penafsiran idealisme tentang sistem dunia tersimpul dalam
pengertian-pengertian makrokosmos dan mikrokosmos. Makrokosmos menunjuk pada
keseluruhan alam semesta dalam arti susunan dan kesatuan kosmis. Mikrokosmos menunjuk
pada fakta tunggal pada tingkat manusia. Manusia sebagai individu merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari alam semesta. Pengertian mengenai
makrokosmos dan mikrokosmos merupakan dasar pengertian mengenai hubungan antara
Tuhan dan manusia.
D. Aliran Esensialisme
dipandang dari Epistemologi
Teori
kepribadian manusia sebagai refleksi Tuhan adalah jalan untuk mengerti
epistimologi esensialisme. Sebab, jika manusia mampu menyadari bahwa realita
sebagai mikrokosmos dan makrokosmos, maka manusia pasti mengetahui dalam
tingkat atau kualitas apa rasionya mampu memikirkan kesemestiannya. Berdasarkan
kualitas inilah manusia memproduksi pengetahuannya secara tepat dalam
benda-benda, ilmu alam, biologi, sosial, dan agama. Generalisasi di atas secara
keseluruhan adalah pola pelaksanaan asas pandangan idealisme dan realisme.
E.
Aliran Esensialisme dipandang dari Aksiologi
Pandangan
ontologi dan epistimologi sangat mempengaruhi pandangan aksiologi. Bagi aliran
ini, nilai-nilai berasal dan tergantung pada pandangan-pandangan idealisme dan
realisme. Dengan kata lain, esensialisme terbina oleh kedua syarat tersebut.
1. Teori nilai menurut
idealisme
Penganut
idealisme berpendapat bahwa hukum-hukum etika adalah hukum kosmos, karena itu
seseorang dikatakan baik jika interaktif dan melaksanakan hukum-hukum itu.
Menurut idealisme, sikap, tingkah laku, dan ekspresi perasaan juga mempunyai
hubungan dengan kualitas baik dan buruk.
2. Teori nilai menurut
realisme
Prinsip
sederhana realisme tentang etika ialah melalui asas ontologi, bahwa sumber
semua pengetahuan manusia terletak pada keteraturan lingkungan hidup. Dalam
masalah baik-buruk khususnya dan keadaan manusia pada umumnya, realisme
bersandarkan pada keturunan dan lingkungan. Perbuatan seseorang adalah hasil
perpaduan yang timbul sebagai akibat adanya saling hubungan antara
pembawa-pembawa fisiologis dan pengaruh-pengaruh dari lingkungan.
F.
Kesimpulan
Aliran
esensialisme merupakan aliran yang menekankan pentingnya penyampaian hal-hal
yang esensial atau hakiki dalam pendidikan. esensialismemenekankan pada
tujuan pewarisan nilai-nilai kultural-historis kepada peserta didik melalui
pendidikan yang akumulatif, bertahan lama serta bernilai untuk diketahui oleh
semua orang. Pengetahun ini dilaksanakan dengan memberikan ketrampilan, sikap,
dan nilai yang merupakan bagian esensial dari unsur-unsur pendidikan.
Dalam
pandangan ontologi, tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk
pribadi bahagia di dunia dan akhirat. Isi pendidikannya mencakup ilmu
pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu menggerakkan kehendak manusia.
Kurikulum sekolah bagi esensialisme merupakan semacam miniatur dunia yang bisa
dijadikan sebagai ukuran kenyataan, kebenaran dan kegunaan.
Dalam
pandangan epistemologi, realita sebagai mikrokosmos dan makrokosmos, maka
manusia pasti mengetahui dalam tingkat atau kualitas apa rasionya mampu
memikirkan kesemestiannya. Berdasarkan kualitas inilah manusia memproduksi
pengetahuannya secara tepat dalam benda-benda, ilmu alam, biologi, sosial, dan
agama.
Dalam
pandangan aksiologi, aliran ini memandang bahwa nilai-nilai berasal dan
tergantung pada pandangan-pandangan idealisme dan realisme. Menurut penganut
idealisme, bahwa hukum-hukum etika adalah hukum kosmos, karena itu seseorang
dikatakan baik jika interaktif dan melaksanakan hukum-hukum itu. Sikap, tingkah
laku, dan ekspresi perasaan mempunyai hubungan dengan kualitas baik dan buruk.
Menurut realisme tentang etika ialah melalui asas ontologi, bahwa sumber semua
pengetahuan manusia terletak pada keteraturan lingkungan hidup. Realisme
bersandarkan pada keturunan dan lingkungan.