Eksistensialisme
merupakan filsafat yang secara khusus mendeskripsikan eksistensi dan pengalaman
manusia dengan metedologi fenomenologi, atau cara manusia berada.
Eksistensialisme adalah suatu reaksi terhadap materialisme dan idealisme
Pendapat materialisme terhadap manusia adalah manusia adalah benda dunia,
manusia itu adalah materi , manusia adalah sesuatu yang ada tanpa menjadi
Subjek.
Implikasinya dalam
pendidikan :
Peran guru
Melindungi dan memelihara kebebasan akademik,
dimana mungkin guru pada hari ini, besok lusa menjadi murid(power 1982)
Para guru harus memberikan kebebasan kepada
siswa memilih dan memberi mereka pengalaman-pengalaman yang akan membantu
mereka menemukan makna dari kehidupan mereka. Pendekatan ini berlawanan dengan
keyakinan banyak orang, tidak berarti bahwa para siswa boleh melakukan apa saja
yang mereka sukai : logika menunjukkan bahwa kebebasan memiliki aturan, dan
rasa hormat akan kebebasan orang lain itu penting.
Guru hendaknya memberi semangat kepada siswa
untuk memikirkan dirinya dalam suatu dialog. Guru menanyakan tentang ide-ide
yang dimiliki siswa, dan mengajukan ide-ide lain, kemudian guru membimbing
siswa untuk mengarahkan siswa dengan seksama sehingga siswa mampu berpikir
relatif dengan melalui pertanyaan-pertanyaan.
Peserta Didik
Aliran eksistensialisme memandang siswa
sebagai makhluk rasional dengan pilihan bebas dan tanggung jawab atas
pilihannya dan siswa dipandang sebagai makhluk yang utuh yaitu yang akal
pikiran, rohani, dan jasmani yang semua itu merupakan kebulatan dan semua itu
perlu dikembangkan melalui pendidikan. Dengan melaksanakan kebebasan pribadi,
para siswa akan belajar dasar-dasar tanggung jawab pribadi dan sosial.
Kurikulum
Aliran eksistensialisme menilai kurikulum
berdasarkan pada apakah hal itu berkontribusi pada pencarian individu akan
makna dan muncul dalam suatu tingkatan kepekaan personal yang disebut Greene
“kebangkitan yang luas”. Kurikulum ideal adalah kurikulum yang memberi para
siswa kebebasan individual yang luas dan mensyaratkan mereka untuk mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, melaksanakan pencarian-pencarian mereka sendiri, dan
menarik kesimpulan mereka sendiri.
Menurut pandangan eksistensialisme, tidak ada
satu mata pelajaran tertentu yang lebih penting daripada yang lainnya. Mata
pelajaran merupakan materi dimana individu akan dapat menemukan dirinya dan
kesadaran akan dunianya.
Kurikulum eksistensialisme memberikan
perhatian yang besar terhadap humaniora dan seni. Karena kedua materi tersebut
diperlukan agar individu dapat mengadakan introspeksi dan mengenalkan gambaran
dirinya. Pelajaran harus didorong untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat
mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan, serta memperoleh pengetahuan yang
diharapkan.
Kurikulum yang diutamakan adalah kurikulum
liberal. Kurikulum liberal merupakan landasan bagi kebebasan manusia. Kebebasan
memiliki aturan-aturan. Oleh karena itu, disekolah diajarkan pendidikan sosial,
untuk mengajar “respek” (rasa hormat) terhadap kebebasan untuk semua.
Metode
Tidak ada pemikiran yang mendalam tentang
metode, tetapi metode apapun yang dipakai harus merujuk pada cara untuk
mencapai kebahagiaan dan karakter yang baik. Diskusi merupakan metode utama dalam pandangan
eksistensialisme. Siswa memiliki hak untuk menolak interpretasi guru tentang
mata pelajaran. Sekolah merupakan suatu forum dimana para siswa mampu berdialog
dengan teman-temannya, dan guru membantu menjelaskan kemajuan siswa dalam
pemenuhan dirinya.
Evaluasi
Eksistensialisme
berpandangan bahwa eksistensi di atas dunia selalu terkait pada
keputusan-keputusan individu, artinya,
andaikan individu tidak mengambil suatu keputusan maka pastilah tidak ada yang
terjadi. Individu sangat menentukan terhadap sesuatu yang baik, terutama sekali
bagi kepentingan dirinya. Jadi menurut aliran ini manusia itu sendirilah yang
dapat menentukan seseuatu itu baik atau buruk. Ungkapan dari aliran ini adalah
“ Truth is subjectivity” atau kebenaran terletak pada pribadinya maka
disebutlah baik, dan sebaliknya apabila keputusan itu tidak baik bagi
pribadinya maka itulah yang buruk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar